Studi Kasus Penerapan SMKP untuk Mencapai Zero Accident di Proyek Tambang.
Latar Belakang Proyek:
Sebuah proyek pertambangan batu bara di Kalimantan menghadapi masalah serius terkait keselamatan kerja. Dalam satu tahun, tercatat beberapa insiden kecelakaan, termasuk Lost Time Injury (LTI) yang menyebabkan hilangnya jam kerja dan penurunan moral pekerja. Investigasi menunjukkan bahwa kecelakaan bukan disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan oleh budaya keselamatan yang lemah, prosedur yang tidak dipatuhi, dan kurangnya kesadaran akan risiko.
Identifikasi Masalah: Akar Buruknya Kinerja Keselamatan
Analisis mendalam oleh tim Health, Safety, and Environment (HSE) menemukan beberapa akar masalah utama:
- Keselamatan Dianggap Beban: Prosedur keselamatan seperti Job Safety Analysis (JSA) dianggap sebagai formalitas kertas yang menghambat pekerjaan, bukan sebagai alat untuk melindungi diri.
- Kurangnya Keterlibatan Manajemen: Komitmen manajemen terhadap keselamatan hanya terlihat di atas kertas. Pengawas lapangan lebih fokus pada target produksi daripada intervensi terhadap tindakan tidak aman.
- Komunikasi Risiko yang Tidak Efektif: Informasi mengenai bahaya dan pelajaran dari insiden sebelumnya tidak tersampaikan dengan baik kepada para pekerja di front kerja.
- Pelaporan Near Miss (Nyaris Celaka) Rendah: Pekerja cenderung menyembunyikan insiden nyaris celaka karena takut disalahkan, sehingga perusahaan kehilangan data berharga untuk mencegah kecelakaan yang sebenarnya.
Implementasi Solusi: Mengintegrasikan SMKP ke Dalam DNA Operasi
Manajemen puncak menyadari bahwa perubahan total diperlukan. Mereka memutuskan untuk mengadopsi dan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) secara menyeluruh dan terstruktur, bukan hanya sebagai pemenuhan regulasi.
Solusi 1: Komitmen Terlihat dari Puncak (Elemen 1: Kebijakan & Elemen 3: Organisasi)
- Tindakan:
- CEO dan jajaran direksi secara langsung turun ke lapangan untuk memimpin rapat keselamatan (safety talk).
- Kinerja keselamatan (bukan hanya produksi) dijadikan sebagai salah satu Indikator Kinerja Utama (KPI) bagi semua level manajer dan pengawas.
- Setiap rapat produksi wajib dibuka dengan agenda pembahasan keselamatan terlebih dahulu.
- Hasil: Pesan yang sangat kuat terkirim ke seluruh organisasi: keselamatan adalah prioritas nomor satu yang tidak bisa ditawar.
Solusi 2: Membuat Prosedur Keselamatan Relevan dan Mudah Dipahami (Elemen 4: Implementasi)
- Tindakan:
- JSA Interaktif: Proses pembuatan JSA tidak lagi hanya diisi oleh pengawas, tetapi melibatkan diskusi langsung dengan para pekerja yang akan melakukan tugas tersebut. Mereka diminta untuk mengidentifikasi sendiri risiko yang mereka hadapi.
- P5M (Pembicaraan 5 Menit): Setiap awal shift, pengawas wajib melakukan P5M yang fokus membahas satu potensi bahaya spesifik yang relevan dengan pekerjaan hari itu.
- Visualisasi Bahaya: Papan informasi di area kerja dipenuhi dengan foto-foto dan ilustrasi bahaya yang nyata, bukan hanya tulisan.
- Hasil: Pekerja mulai merasa memiliki prosedur keselamatan. Mereka lebih memahami relevansi setiap aturan karena mereka terlibat langsung dalam penyusunannya.
Solusi 3: Mendorong Pelaporan Proaktif (Elemen 5: Evaluasi)
- Tindakan:
- Program “Lapor, Jangan Takut!”: Manajemen meluncurkan kampanye yang menjamin tidak akan ada sanksi bagi pekerja yang melaporkan kondisi tidak aman atau insiden nyaris celaka (near miss).
- Apresiasi Pelapor: Sebaliknya, pekerja yang proaktif melaporkan potensi bahaya diberi penghargaan atau apresiasi publik.
- Investigasi Fokus pada Sistem: Setiap laporan insiden diinvestigasi dengan fokus untuk mencari “kelemahan sistem”, bukan mencari “siapa yang salah”.
- Hasil: Jumlah laporan near miss meningkat drastis. Tim HSE mendapatkan ratusan data baru yang sangat berharga untuk melakukan perbaikan preventif sebelum kecelakaan terjadi.
Hasil Akhir: Transformasi Budaya dan Pencapaian Zero Accident
Setelah satu tahun menerapkan SMKP secara konsisten dan dengan komitmen penuh, hasilnya luar biasa:
- Angka Lost Time Injury (LTI): Turun menjadi nol.
- Angka Total Recordable Injury Rate (TRIR): Menurun lebih dari 80%.
- Budaya Kerja: Terjadi pergeseran fundamental. Keselamatan tidak lagi dilihat sebagai beban, tetapi sebagai nilai bersama. Pekerja menjadi lebih peduli terhadap keselamatan rekan kerjanya.
Studi kasus ini membuktikan bahwa SMKP bukan hanya sekumpulan dokumen, melainkan sebuah kerangka kerja yang, jika diimplementasikan dengan komitmen dan kepemimpinan yang kuat, mampu mentransformasi budaya kerja dan mencapai target tertinggi dalam dunia industri: Zero Accident.
PT ARRAHMAN MITRA KONTRAKTOR: Mitra yang Menjadikan Keselamatan Sebagai Prioritas
Di PT ARRAHMAN MITRA KONTRAKTOR, kami mengadopsi prinsip-prinsip SMKP sebagai inti dari setiap operasi kami. Kami percaya bahwa tidak ada target produksi yang lebih berharga daripada keselamatan setiap nyawa di lokasi proyek.
Kami membangun budaya di mana setiap pekerja, dari operator hingga manajer, bertanggung jawab atas keselamatan diri sendiri dan orang lain. Dengan memilih kami, Anda tidak hanya mendapatkan kontraktor yang andal dalam produksi, tetapi juga mitra yang memiliki komitmen tak tergoyahkan terhadap standar keselamatan tertinggi untuk mencapai zero accident di proyek Anda.
📞 Hubungi Kami Sekarang:
🌐 Website: www.ptarrahman.com
📧 Email: admin.palembang@ptarrahman.com
📱 WhatsApp: +62821-6010-7727
Add a Comment