Studi Kasus: Transformasi Lahan Kritis Menjadi Hutan atau Area Agrowisata

Studi Kasus: Transformasi Lahan Kritis Menjadi Hutan atau Area Agrowisata

Latar Belakang Proyek:

Sebuah perusahaan tambang di Sumatera Selatan memiliki area pascatambang seluas puluhan hektar. Lahan ini ditinggalkan dalam kondisi kritis: berupa hamparan tanah overburden yang padat, tandus, dan memiliki tingkat keasaman tinggi. Terdapat juga sebuah kolam bekas tambang (void) yang besar. Lahan ini tidak produktif, rawan erosi, dan memberikan citra negatif bagi perusahaan.

Manajemen perusahaan memutuskan untuk tidak hanya melakukan reklamasi standar, tetapi mengubah lahan kritis ini menjadi aset ekologis dan sosial yang bernilai.


Tantangan Awal

  1. Tanah Sangat Tidak Subur: Tanah memiliki pH rendah, miskin bahan organik dan unsur hara, serta strukturnya sangat padat sehingga sulit ditembus akar tanaman.
  2. Keterbatasan Sumber Air: Di musim kemarau, area tersebut sangat kering dan gersang.
  3. Potensi Air Asam Tambang: Terdapat kekhawatiran bahwa air limpasan dari area timbunan dapat menjadi asam.

Implementasi Solusi Transformasi

Proyek transformasi dibagi menjadi dua zona utama: Zona Hutan Konservasi dan Zona Agrowisata.

Zona 1: Penciptaan Hutan Keanekaragaman Hayati

Area lereng dan area yang lebih sulit dijangkau didedikasikan untuk menjadi hutan yang mirip dengan ekosistem aslinya.

  • Tahap 1: Perbaikan Tanah: Lahan yang telah ditata (dibuat terasering) diberi perlakuan intensif. Kapur dolomit ditebar dalam jumlah besar untuk menaikkan pH. Kompos dan pupuk organik dari limbah pertanian lokal dicampurkan ke dalam tanah untuk memperkaya bahan organik.
  • Tahap 2: Penanaman Bertingkat:
    1. Ditanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan (Legume Cover Crops) untuk mengikat nitrogen dan mencegah erosi.
    2. Ditanam pohon pionir yang cepat tumbuh seperti Sengon dan Akasia untuk memberikan naungan.
    3. Di antara pohon pionir, ditanam ribuan bibit pohon-pohon lokal endemik Sumatera, seperti Meranti dan Tembesu.
  • Hasil: Dalam 5-7 tahun, area yang tadinya gundul berubah menjadi hutan muda yang rapat. Keanekaragaman hayati kembali dengan munculnya berbagai jenis burung, serangga, dan mamalia kecil. Lahan menjadi stabil dan fungsi hidrologisnya mulai pulih.

Zona 2: Pembangunan Area Agrowisata Terpadu

Area yang lebih datar dan di sekitar danau bekas tambang dikembangkan menjadi pusat agrowisata yang melibatkan masyarakat lokal.

  • Tahap 1: Pengelolaan Danau: Kualitas air danau diuji secara berkala. Setelah dipastikan aman dan pH-nya netral, ditebar benih ikan nila dan patin. Beberapa keramba jaring apung dibangun dan pengelolaannya diserahkan kepada kelompok pemuda desa.
  • Tahap 2: Pembangunan Kebun Buah: Di sekitar danau, lahan diolah menjadi perkebunan buah-buahan unggul seperti durian, alpukat, dan jambu kristal.
  • Tahap 3: Pembangunan Fasilitas Pendukung: Dibangun saung-saung pancing, warung makan yang dikelola oleh ibu-ibu PKK, area bermain anak, dan jalur pejalan kaki (jogging track) di sekeliling danau.
  • Hasil: Area bekas tambang menjadi destinasi wisata baru yang ramai dikunjungi pada akhir pekan. Ini

 

 

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *